Minggu, 24 Agustus 2008

70 hari kepergian Bapak......


Tak terasa 70 hari telah berlalu, tapi aku belum sepenuhnya menyadari kalau Bapak sudah pergi, pergi untuk selamanya dan takkan kembali.

Jumat pagi Tanggal 13 Juni 2008

entah mengapa aku sangat ingin pulang ke Sekayu, ikut suamiku yang sekalian mau ngajar. Karena beli keperluan toko, kami yang berangkat pagi akhirnya baru bisa menuju ke Sekayu kira-kira jam 5 sore. Dan pada jam 10 malam ketika kami tiba, Bapak yang membuka pintu. Sepertinya ada sedikit kekesalan dimuka Beliau, aku tak tau apa itu… apakah karena kami yang nyampenya malam (karena Beliau selalu berpesan “jangan suka jalan malam”), ataukah karena sebab yang lain…. Entahlah. Yang pasti kami juga sedikit kecewa karena tidak sempat makan malam bersama seperti yang kami rencanakan, kami sudah beli iga bakar 4 porsi, maksudnya untuk dinikmati bersama, sayangnya jalan Palembang sekayu macet, jadinya kami agak terlambat nyampenya.

Tak banyak yang Bapak katakan, Beliau kembali tidur dikursi malasnya, tapi begitu mau tidur Beliau sempat menggigit sedikit iga bakar yang kami bawa, dan terus pergi tidur. Karena sudah malam, kamipun semua pergi tidur

Pagi Sabtu 14 Juni 2008

Karena Bapak ulang tahun tanggal 3 Juni lalu, aku berencana bikin acara ayam bakar (tradisi keluarga jika ada yang berulang tahun). Kira-kira jam 7 pagi aku, mas, ibu dan Bapak duduk di teras depan sambil liat mas taris makan. Ada Kopek mar telpon untuk ngajak kepasar beli bahan untuk dimasak. Karena Kopek mar mau kekondangan, akhirnya kami pergi ke pasar dengan di antar mas Rois dan taris ikut sambil tetap disuapin makan. Bapak masih duduk di teras…. Tidak banyak ngomong… hanya diam dan memandang ke depan dengan tatapan penuh wibawanya… tapi tetap diam.

Karena mau ngajar, Mas Rois dan Mas Taris pulang setelah mengantar kami kepasar. Kira-kira jam 9 pagi, kami pulang dari pasar, Mas Rois sudah berangkat ngajar, dan ternyata Bapak pergi ke kebun… hobbi dan jiwanya Beliau….
Kami melanjutkan masak memasak kami, tidak merasa ada sesuatu yang aneh, karena memang Beliau semenjak pensiun sangat rutin ke kebun…”cari keringat” kata Beliau. Yah kami juga mikirnya karena kami rame di rumah, jadi ada yang nemenin ibu, sehingga Beliau bisa ke kebun.

Sabtu, jam 12.30
Bapak belum pulang, biasanya jam 12 beliau sudah pulang, tapi ibu bilang beliau lagi ngawasi orang ngecor “pedapuran” (tempat perkuburan keluarga). Karena sudah lapar, kami yang udah kumpul melanjutkan acara makan-makan tanpa ada ‘yang berulangtahun’nya.

Sabtu, jam 15.00
Kak Bocah bilang ada motor dan tempat minum Bapak di lokasi kebunnya, dan kak Bocah mencoba mencari Bapak.

Sabtu, Jam 16.00’
Kak Bocah menemukan handuk Bapak
Sabtu, Jam 17.00
Kak to, Kopek Mar, Koyong fir, dan Mas Rois memutuskan untuk mencari Bapak karena dikhawatirkan terjadi apa-apa dengan Bapak. Karena luasnya kebun, mereka ditemani orang-orang yang berada disekitar kebun untuk menemani mencari Bapak.

Sabtu, Jam 18.00
Bapak ditemukan dalam keadaan pingsan, sehingga langsung di bawa pulang ke rumah

Jam 18.30
Bapak nyampe ke rumah, minta disuapin makan dan minta obat sakit perut. Langsung diberikan obat dan oralit, dan disuapin makan “ayam panggang” yang kurencanakan untuk merayakan ulang tahun Beliau. Ibu dan kopek sok sempat membimbing beliau untuk ngucap… melafaskan laila haillallah…. Beliau tampak sudah mulai pulih, dan makannya banyak, sehingga kami bisa bernafas lega, alhamdulillah Bapak tidak kenapa-napa. Sempat digendong mas rois dan koyong fir ke WC untuk buang air.

Jam 19.30
Diputuskan untuk membawa Bapak ke Rumah sakit, karena nafas beliau tidak stabil. Aku, mas rois, dan kopek erna tidak ikut karena sudah terlalu banyak yang ikut, lagian ibu dan anak-anak tidak ada yang menemani. Kami berencana mau ke rumah sakit nanti jam 21.00.

Jam 19.45
Ada telpon dari koyong fir, Bapak telah pergi………
Aku langsung memeluk ibu…. Bu.. Bapak telah pergi tinggalin kita…. Nggak nak, Bapakmu kerumah sakit…. Nggak bu, barusan ada telpon mengatakan Bapak udah pergi…..
Ibu sangat tenang….. mungkin masih tidak percaya ….. aku hanya bisa menangis….

Jam 20.00
Bapak tiba di rumah… hanya diam, dan tetap tertidur diam….
Kami anak-anaknya menangis, merasa tidak kan bertemu lagi dengan Beliau. Ibu tenang, tapi mungkin hatinya lebih menangis.

Minggu 14.00
Bapak diantarkan ke tempat peristirahatan Beliau terakhir, tempat yang belum selesai beliau bangun, kini telah beliau tempati. Sebenarnya Beliau rencananya ditempatkan jam 10, tapi masih menunggu cucu terbesarnya, ponakan terbesar kami, yang kerja di Jakarta, sayangnya dia tidak dapat pesawat, baru dapat berangkat jam 14.00

Bapak, kami anak-anakmu dan ibu sangat menyayangimu…
Waktu 66 tahun bukan waktu yang singkat, 29 tahun Bapak bersamaku, tapi rasanya belum puas aku menghabiskan waktu bersama Bapak. Rasanya belum bisa aku membahagiakan Bapak, Bapak telah pergi. Dulu aku kuliah S1 Bapak mengantarku ke Medan, dengan telaten mengurus dan melengkapi kebutuhanku…. Tapi sekarang, disaat sebulan lagi aku mau berangkat S2, yang kuharapkan bapak bisa ikut mengantarkanku lagi, Bapak pergi….. Bapak tidak lagi bisa menyaksikan aku wisuda kelak… bapak tidak bisa lagi………. :((

Bapak…
Aku tau disana Bapak lebih bahagia, aku berjanji akan selalu mendoakan Bapak, aku berjanji akan melakukan yang terbaik untuk studiku dan ibu. Aku berjanji akan memenuhi harapan-harapan Bapak….
Semoga Bapak berada disyurga yang terindah, dimana Bapak selalu bahagia dan berada didekat Dia yang Maha Pengasih dan pemilik kehidupan, amien….

Aku tau, disana Bapak bisa melihatku, melihat ibu, melihat anak cucu bapak….. walau kami tidak melihat Bapak lagi….


H. ZAINAL BIN AHMAD
03 Juni 1942 – 14 Juni 2008